
ANALISIS AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA KAJIAN LEMBAR KEGIATAN SISWA MANDIRI
ANALISIS
AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA KAJIAN LEMBAR KEGIATAN SISWA
MANDIRI
Oleh: Lutviarini Latifah, S.Pd., M.Sc.
A.
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas
siswa cenderung rendah karena pembelajaran masih belum berfokus pada kemampuan individu siswa (Suherman, 2003). Rendahnya aktivitas ini berakibat pada rendahnya
hasil belajar siswa.
Kegiatan belajar mengajar yang berpusat kepada siswa mengindikatorkan bahwa aktivitas siswa harus
berjalan dengan lancar selama pembelajaran
dimana siswa aktif menemukan dan menerapkan pengetahuan yang
diperolehnya Jika siswa mengalami kesulitan memahami pengetahuan yang tengah
didiskusikan akan berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika. Menurut Rifa’i dan Anni (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah (1) faktor internal/individual, (2) faktor
eksternal/sosial.
Masalah lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah media pembelajaran yang kurang mendukung siswa
secara individu. Oleh sebab itu, jika guru ingin meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa, maka guru harus melakukan variasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini,
variasi dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan media pembelajaran Lembar
Kegiatan Siswa Mandiri.
Lembar Kegiatan
Siswa Mandiri merupakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dimodifikasi dengan
kegiatan mandiri siswa dimana siswa bisa berkreasi secara bebas menuliskan
penerapan kontekstual materi yang telah diperolehnya.. Dengan kata lain Lembar Kegiatan Siswa Mandiri lebih
berpusat kepada siswa untuk membangun pemahamannya berdasarkan pengetahuan awal
yang dimilikinya. Menurut Rifa’i dan Anni (2011) inti sari
teori konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan
informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Agar siswa dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri maka materi yang diberikan harus bertahap sesuai dengan
struktur matematika. Menurut teori belajar bermakna yang disampaikan Ausuble,
hal tersebut bisa dilakukan dengan mengaitkan materi baru dengan materi sebelumnya.
Teori belajar bermakna Ausuble tersebut didukung oleh teori Dienes yang
memandang matematika sebagai pelajaran struktur, klasifikasi struktur,
relasi-relasi dalam struktur, dan mengklasifikasikan relasi-relasi antara
struktur (Hamdani, 2011). Jadi matematika perlu disampaikan secara runtut
menurut klasifikasi strukturnya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini jika
diterapkan melalui metode pembelajaran yang benar akan memposisikan siswa agar
aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui interaksi sosial. Hal ini sesuai
dengan pendapat Piaget yang mengemukakan tiga prinsip utama belajar yaitu
belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial, dan belajar lewat pengalaman
sendiri (Sugandi, 2007).
Peneliti
mencoba mengaplikasikan
pengalaman yang diperoleh sebagai guru selama mengajar siswa untuk menyusun
Lembar Kegiatan Siswa Mandirikemudian akan dibandingkan dengan penggunaan LKS
umum. Indikator pembeda yang digunakan adalah aktivitas dan hasil belajar siswa
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data
nilai UN SMP pada kelas
X dengan peminatan MIPA diperoleh data yang menunjukan bahwa populasi dalam penelitian berdistribusi normal, mempunyai varians yang homogen,
dan tidak ada perbedaan rata-rata dalam populasi tersebut. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau kemampuan
awal yang sama sehingga bisa digeneralisasikan dalam populasi (Purwanto, 2011). Kegiatan pembelajaran
dilakukan selama 2
pertemuan untuk mengamati aktivitas belajar siswa, kemudian pada pertemuan ke-3 dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada sampel penelitian
tersebut. Hasil tes akhir dianalisis
untuk menentukan ketuntasan dari tiap perlakuan dan untuk menentukan efektifitas LKS Mandiri yang digunakan pada kelas
eksperimen.
Hasil
pengujian yang menunjukan keefektifan
penggunan LKS Mandiri di kelas eksperimen menganut
beberapa teori belajar
yaitu teori konstruktivis, teori Dienes, teori Ausuble dan
teori Piaget. Menurut
Rifa’i dan Anni (2011: 137) inti sari teori konstruktivisme adalah siswa harus
menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
Teori kontruktivis pada saat siswa mengerjakan tugas mandiri pada LKS Mandiri. Siswa tidak didikte
guru melalui materi langsung namun siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada
LKS yang mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuannya. Berdasarkan
gambar-gambar dan kegiatan yang harus dilakukan pada LKS agar siswa dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa dituntut untuk mengalami sendiri
penemuan konsep matematika. Karena menurut Dienes (Hamdani, 2011) konsep
matematika akan dipahami dengan baik oleh siswa jika disajikan dalam bentuk
konkret dan beragam. Setelah siswa menemukan pengalaman nyata (konkret) yang
berkaitan dengan materi matematika, siswa akan lebih mudah mendapatkan gambaran
materi yang abstrak.
Pada kelas eksperimen penggunaan LKS Mandiri efektif dikarenakan keseimbangan peran guru dan peran siswa. Selain itu siswa dapat mengaitkan teori
yang diperolehnya dengan masalah kontekstual yaitu dengan mengamati bentuk
bentuk grafik parabola dilingkungan kemudian dapat menggambarkan secara grafik dan
menyusun pertidaksamaan kuadratnya yang dikerjakan pada LKS Mandiri.
Hal ini sesuai dengan teori
Ausuble (Sugandi, 2007) mengungkapkan belajar bermakna adalah mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Diskusi kelompok untuk menemukan konsep pertidaksamaan kuadrat di lingkungan sekitar juga sesuai
dengan pendapat Piaget yang mengemukakan tiga
prinsip utama belajar yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial, dan
belajar lewat pengalaman sendiri (Sugandi, 2007).
Pada
kelas kontrol dengan penggunaan LKS
umum berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal, meski
hasilnya masih kurang dari kelas eksperimen. Keberhasilan ini dikarenakan penggunaan LKS sesuai dengan tuntutan pembelajaran era
modern yang membuat siswa aktif berpikir sehingga pembelajaran tidak terpusat
pada guru. Guru dapat berkembang dengan tidak hanya
mengontrol pembelajaran dari depan kelas, namun juga berkeliling memberikan
bantuan individu kepada siswa. Motivasi yang diberikan guru tidak hanya sekedar
tujuan dan manfaat pembelajaran namun melalui LKS menimbulkan ketertarikan
siswa. Peran siswa yang mau mengikuti pembelajaran dengan melakukan instruksi
guru untuk berani maju mengungkapkan pendapatnya dan berani bertanya saat tidak
memahami materi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, guru bisa menerapkan
metode ekspositori secara tepat, karena menurut Suherman (2003)
tiap metode jika digunakan dengan
tepat akan menjadi metode yang baik.
C.
SIMPULAN
Simpulan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah LKS mandiri yang diberikan saat pembelajaran
matematika efektif terlihat dari ketercapaian kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan
yaitu rata-rata nilai hasil belajar siswa lebih dari 75 dengan
presentase ketuntasan lebih dari 75%. LKS Mandiri efektif membuat siswa lebih aktif
mengikuti pembelajaran matematika terlihat dari skor rata-rata aktivitas siswa yang
lebih baik dibandingkan penggunaan LKS umum. Hasil belajar dan aktivitas
siswa akan meningkat dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas. 2008. Kriteria
dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Tersedia di file:///C:/Users/accer/Downloads/21-04-B1-Kriteria-dan-Indikator-Keberhasilan-Pembelajaran.doc
(diakses 23-05-2012).
Hamdani. 2011. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: DIVA Press.
Purwanto. 2011. Statistika
untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifa’i,
A & Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi
Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Sardiman. 2001. Interaksi
dan Motivasi Belajar.
Jakarta: Rajawali Press.
Slavin. 2011. Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Yusron N. Bandung: Nusa
Media.
Sugandi, A. 2007. Teori
Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Suherman,
E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.